Friday 5 February 2016

KONTROVERSI KERETA CEPAT, PROYEK HABISKAN 8O TRILIUN @APA KABAR INDONESI...



Jakarta, Trias Politica – Melambatnya perekonomian
Indonesia akibat ketidakmampuan rezim pemerintahan Jokowi membuat
beberapa perusahaan internasional gulung tikar dan berujung PHK
terhadapa karyawannya. Beberapa diantara adalah PT Panasonic Lighting,PT
Toshiba Indonesia,Starlink, Samoin dll.


Rencana penutupan usaha PT Panasonic Lighting di Cikarang, Jawa Barat
dan Pasuruan, Jawa Timur serta PT Toshiba Indonesia di Cikarang akan
berdampak pada pemutusan hubungan kerja ribuan pekerjanya. “Sekitar
2.500 pekerja akan di-PHK,” ujar Presiden Konfederasi Serikat Pekerja
Indonesia, Said Iqbal dalam konferensi pers di Hotel Mega Proklamasi,
Jakarta, Selasa (2/1).






phkSaid
menjelaskan, ribuan pekerja itu terdiri atas sekitar 1.700 anggota KSPI
di PT Panasonic dan 970 anggota KPSI di PT Toshiba. Ia merinci,
sebanyak 600 pekerja-700 pekerja dari Panasonic Lighting Pasuruan di PHK
pada periode Desember 2015-Januari 2016.


Sedangkan Panasonic Lighting Cikarang-Bekasi, berjumlah 900
karyawan-1.000 karyawan yang di PHK periode Januari 2016 sampai dengan
Maret 2016.


Kedua pabrik Panasonic Lighting ini resmi ditutup. Pabrik Toshiba di
Cikarang-Bekasi pun mengumumkan ditutup pada pertengahan Januari lalu.
Saat ini pekerja tengah dalam proses negosiasi pesangon. Perusahaan akan
resmi berhenti beroperasi pada Maret mendatang.


Di luar dua perusahaan elektronik raksasa ini, terdapat dua
perusahaan elektronik lain asal Korea Selatan yang juga mengumumkan akan
menutup pabriknya di Indonesia yaitu PT Samoin yang telah mem-PHK 1.200
karyawannya dan juga PT Starlink yang mem-PHK 500 orang pekerja. Kedua
perusahaan ini telah selesai beroperasi di Indonesia pada Januari
kemarin.


Said Iqbal bilang, tutupnya Panasonic Lighting dan juga Toshiba ini
memberikan sinyal negative terhadap investor asing yang akan dating ke
Indonesia. Selain itu, yang paling buruk menurut Said adalah lantaran
Kementerian Perindustrian tidak mengetahui penutupan pabrik ini.


Faktor lesunya industry elektronik ini menurut Said Iqbal diantaranya
adalah kondisi pasar yang tidak kondusif. Melambatnya pasar global
turut mempengaruhi pasar domestic. Perlambatan ini mengakibatkan barang
produksi menjadi tidak laku dipasaran. Selain itu adalah karena
menurunnya daya beli masyarakat.


Manajemen kedua Panasonic Lighting dan Toshiba mengklaim, penutupan
pabrik bukan lantaran upah buruh yang tinggi melainkan karena sepinya
pasar dan penurunan daya beli.


Tapi, kata Said, PP Nomor 78 tahun 2015 mengenai pengendalian upah
terbukti menurunkan daya beli masyarakat. Karena buruh pabrik merupakan
pasar utama dari industri padat modal seperti industri otomotif dan
sebagainya. Dengan adanya pengendalian upah, daya be;I menjadi turun
sehingga tingkat konsumsi masyarakat pun menjadi lemah.


Dengan PHK, pelemahan daya beli ini, maka tingkat pertumbuhan ekonomi
2016 yang ditargetkan mencapai 5,3% menurut Said Iqbal tidak akan
tercapai dan hanya akan tumbuh sama seperti 2015 lalu di level 4,7%.


Faktor lain yaitu kegagalan paket kebijakan pemerintah Jokowi-JK di
tingkat implementasi karena justru banyak perusahaan yang tutup. Factor
ketiga menurut Said Iqbal adalah retorika paket kebijakan hanya untuk
menyenangkan investor. Padahal kenyataannya investor memilih wait and
see untuk masuk ke Indonesia lantaran banyak yang hengkang. ( sumber :
kontan.co.id )


Sementara itu Sekjen KSPI M Rusdi mengatakan ” Manajemen Panasonic
Lighting dan Toshiba mengklaim, penutupan pabrik bukan lantaran upah
buruh yang tinggi melainkan karena sepinya pasar dan penurunan daya
beli. Penurunan Daya beli ini salah satu faktornya di karenakan
rendahnya upah. Ayo Naikkan Upah tuk mendorong Daya Beli Masyarakat.
Dengan demikian produk2 industri bisa terserap. Bila upahnya kecil
bagaiamana bisa beli barang2 ” ucapnya.

No comments:

Post a Comment